Annisa Rania Putri tergolong anak
ajaib. Bocah kelahiran 5 Juli 1999 berusia sembilan tahun itu menguasai
bahasa Inggris, Arab, Korea dan Belanda tanpa belajar secara formal.
Kemampuannya itu datang tiba-tiba.
Bahkan dia juga mampu melihat
hal-hal gaib yang tak bisa ditembus penglihatan orang awam. Dia bisa
menjangkau masa depan, menyembuhkan orang sakit dan melatih meditasi
orang-orang dewasa.
Bocah itu berceramah menggunakan
bahasa Inggris di depan anggota pengajian padepokan Toha. Dalam
ceramahnya, putri dari anggota TNIAD berpangkat kolonel itu bercerita
soal makna berpuasa. Menurut Annisa, puasa penting bagi semua orang.
Sebab, puasa akan menimbulkan energi cinta. Oleh karena itu, manusia
butuh berpuasa karena dengan berpuasa energi itu akan memuncak.
Dengan energi itu pula akan
tercipta sebuah kedamaian, perhatian kepada keluarga dan perhatian
kepada sesama insan manusia. “Dengan puasa kita bisa membuang energi
negatif dan menumbuhkan energi positif yakni energi cinta,” kata
Annisa dalam bahasa Inggris.
Dalam sesi tanya jawab, seorang
penanya sempat menanyakan kondisi Indonesia yang penuh dengan bencana.
Annisa dengan lantang menjawab, bencana yang menimpa Indonesia masih
akan terus berlanjut.
“Saya melihat itu,” katanya. Lalu
dia meneruskan, “Saya tidak akan menceritakan bencana apa yang akan
terjadi di kemudian hari. Sebab kalau saya ceritakan akan menimbulkan
kegelisahan dan pikiran-pikiran buruk dari orang-orang. Nah pikiran
buruk itulah yang justru akan menimbulkan bencana-bencana baru,” ujar
Annisa. Dalam pesannya, bocah ajaib yang bisa merancang rumah,
mengoperasikan komputer, dan menyanyi, itu mengajak semua umat manusia
untuk berdamai.
Sebagai bukti kemahirannya
merancang bangunan, rumah bertingkat empat di Jl Janur Hijau, Kelapa
Gading, Jakarta. Kelebihan lain dari Annisa adalah mampu menginstal
komputer sendiri. Menurut Ny Yenni, keajaiban Annisa mulai terlihat
sekitar medio Oktober 2002 lalu.
Ia melihat bunga besar yang ada
di dekat dinding tembok rumahnya padahal sang ibu tidak melihat apapun.
Hal lainnya, ia tidak menyebut ibu kepada Laksmi melainkan hanya sebutan
biasa saja. “Saya lebih tua dari Yenni (nama ibunya),” kata Annisa.
Menurut Yenni, sang ibu, tidak ada keistimewaan saat Annisa dilahirkan.
Hanya saja, ia terpaksa menjalani operasi caesar karena usianya saat
itu 35 tahun.
Menurut sejumlah pakar, kemampuan
Annisa ini digolongkan sebagai anak indigo yaitu secara fisik masih
anak-anak namun batinnya tua (old soul).
Jika selama ini dia hanya
menyebarkan ilmunya itu lewat ceramah-ceramah dan kuliah, Annisa kini
mulai menjangkau lebih banyak orang melalui sebuah buku yang berisi
kumpulan tulisannya. Buku itu berjudul Hope Is on the Way: Kumpulan
Pesan Alam.
Malam kemarin, ditemani ayah-ibunya, Annisa berbagi cerita tentang buku yang diluncurkan di Jakarta 29 Agustus lalu.
“Buku ini berisi kumpulan ceramah
dan kuliah saya di berbagai tempat dan waktu. I just fixed some of them
(saya cuma memperbaiki beberapa saja) sebelum diterbitkan,” tutur
Annisa yang tak bisa berbahasa Indonesia.
Perihal bahasa ini, orangtua
Annisa, pasangan dr Arwin SpKj dan Yenni Handojo, beberapa kali sempat
miskomunikasi dengan anaknya itu.
“Suatu saat, karena beberapa kali
kami sempat tidak menangkap bahasa Annisa, dengan polos dia berujar
‘kenapa kok orangtua saya bodoh begini’,” tutur Yenni yang tak pernah
tersinggung tapi justru terhibur dan bersyukur memiliki anak Annisa yang
dilahirkannya secara caesar di Jakarta, 5 Juli 1999.
Meski masih anak-anak, buku
Annisa jelas bukan untuk konsumsi anak-anak. Bah kan, remaja pun belum
tentu bisa mencerna pesan yang disampaikan Annisa dalam bukunya yang
diterbitkan kelompok penerbit Gramedia itu.
Sebab, isi pesan-pesan dalam
tulisan Annisa memang kelas berat, filosofis, dan mungkin baru bisa
ditangkap oleh orang-orang dewasa atau yang sudah tercerahkan. Dia
membahas, misalnya, tentang misteri kebijaksanaan, kasih, dan keadilan
serta makna puasa.
Semua isi buku itu berasal dari
‘pesan-pesan alam’ yang bisa ditangkap Annisa kapan saja. Bisa tiba-tiba
di sela-sela pembicaraan dengan orang lain, tapi kerap di keheningan
malam.
“Kalau sedang mendapat ‘pesan
alam’, tangan Annisa biasanya bergerak mencoret-coretkan ‘pesan alam’
itu atau bibirnya seperti mengucapkan sesuatu,” kata Yenni.
Kelebihan Annisa sudah diakui
banyak pihak. Wapres Jusuf Kalla pernah mengundangnya, berbagai
universitas terkenal telah memintanya untuk memberi ceramah, dan sebuah
majelis taklim yang beranggotakan orang-orang kelas menengah atas di
Jakarta kerap mengundang Annisa.
Bocah itu juga memberi pelatihan
dan konsultasi pada beberapa kelompok meditasi di Jakarta. Kalau sampai
sekarang Annisa belum bersekolah, bukan bebarti orangtuanya
membiarkannya. “Tapi, ketika sekolah di dalam kelas justru gurunya yang
belajar dari Annisa. Dia kemudian tak mau sekolah,” ucap Yenni.
Kemampuan berbahasa Inggris
Annisa pun diperoleh secara alamiah. Setelah mulai bisa bicara saat
berusia setahun lebih, tiba-tiba Annisa sudah cas cis cus dalam bahasa
Inggris.
Keanehan lain, ketika belum
lancar bicara, saat diajak menjenguk neneknya yang sakit, Annisa bilang
‘kembang’ dalam bahasa Inggris. Tak berapa lama, neneknya meninggal.
Kembang tadi tampaknya isyarat kematian.
Saat ditanya apa cita-citanya, Annisa bilang ingin menjadi pengacara.